Di balik megahnya gedung-gedung iam-love.co pencakar langit yang menjulang tinggi di kota-kota besar Amerika Serikat seperti New York, Chicago, dan Los Angeles, terdapat sistem infrastruktur yang kompleks dan mahal. Salah satu aspek penting dari gedung perkantoran modern adalah furnitur dan lift (elevator) yang menjadi bagian dari kenyamanan dan efisiensi kerja. Namun, tidak sedikit proyek perkantoran di Amerika yang menjadi sorotan karena kontroversi seputar pemilihan furnitur, desain lift, dan sistem penggunaannya.
Dari isu pemborosan anggaran negara, material tidak ramah lingkungan, hingga kecelakaan akibat kesalahan sistem lift, kasus-kasus ini mencerminkan bahwa di balik desain futuristik dan mewah, ada persoalan besar yang kerap diabaikan. Artikel ini mengulas beberapa kontroversi terbesar seputar furnitur dan lift gedung perkantoran di Amerika Serikat.
1. Kontroversi Anggaran: Mebel Mewah di Gedung Pemerintahan
Salah satu kasus kontroversial paling terkenal di Amerika Serikat terjadi pada tahun 2018, ketika Scott Pruitt, kepala Badan Perlindungan Lingkungan (EPA), diketahui menghabiskan lebih dari $40.000 hanya untuk meja kayu custom dan perabot kantor mewah.
Hal ini memicu kecaman luas dari publik dan media karena dianggap sebagai pemborosan dana publik. Meskipun pembelaan dilontarkan bahwa furnitur tersebut sesuai dengan standar keamanan dan desain khusus, pengeluaran itu tetap dipandang tidak etis—terlebih karena terjadi di lembaga pemerintah yang seharusnya mempromosikan efisiensi dan penghematan.
Isu utama:
-
Pemborosan dana publik
-
Tidak adanya transparansi dalam proses pengadaan
-
Kesan elitis di tengah krisis anggaran
2. Furnitur Tak Ramah Lingkungan di Gedung Berlabel “Green”
Amerika Serikat dikenal sebagai pelopor dalam gedung ramah lingkungan, terutama dengan adanya sertifikasi LEED (Leadership in Energy and Environmental Design). Namun, ironisnya, banyak gedung yang mengklaim sebagai “green building” justru menggunakan furnitur dari bahan kimia berbahaya, termasuk formaldehida dan lem sintetis yang tidak dapat didaur ulang.
Salah satu investigasi oleh Environmental Working Group (EWG) menemukan bahwa beberapa proyek kantor yang mendapat label “hijau” menggunakan kursi dan meja impor dari Asia yang tidak memenuhi standar lingkungan AS.
Dampaknya:
-
Menurunkan kualitas udara dalam ruangan
-
Mengurangi nilai “hijau” gedung secara keseluruhan
-
Merusak reputasi perusahaan penyewa gedung
3. Sistem Lift Pintar yang Justru Bikin Stres
Lift modern di gedung-gedung baru Amerika kini mengadopsi teknologi “Destination Control System” (DCS), yang memungkinkan pengguna memilih lantai tujuan sebelum masuk lift. Sistem ini dirancang untuk mengurangi waktu tunggu dan mengoptimalkan distribusi pengguna.
Namun, banyak pekerja dan tamu gedung mengeluhkan:
-
Kebingungan cara penggunaan
-
Tidak adanya tombol darurat atau panel manual
-
Sulitnya akses bagi penyandang disabilitas atau pengunjung lansia
Contoh kasus terjadi di sebuah gedung perkantoran di San Francisco, di mana seorang karyawan terjebak dalam sistem lift otomatis saat terjadi pemadaman listrik. Lift tidak bisa dioperasikan manual karena seluruh kendali berbasis software.
Isu besar:
-
Ketergantungan penuh pada teknologi tanpa back-up
-
Minimnya pelatihan pengguna
-
Ancaman keselamatan dalam kondisi darurat
4. Kasus Kecelakaan Akibat Kesalahan Mekanis Lift
Meskipun lift modern telah dilengkapi sistem keamanan berlapis, kecelakaan tetap terjadi. Salah satu kejadian fatal menimpa Samuel Waisbren, seorang pria muda di Manhattan yang tewas tertindih lift yang jatuh saat ia hendak keluar dari kabin pada tahun 2019.
Insiden ini memunculkan berbagai pertanyaan:
-
Apakah lift rutin dirawat?
-
Siapa yang bertanggung jawab secara hukum: pemilik gedung, kontraktor, atau produsen lift?
-
Bagaimana dengan transparansi laporan inspeksi lift?
Tak hanya itu, banyak pekerja di gedung-gedung lama melaporkan lift yang sering rusak, terjebak berjam-jam, dan bahkan kabin lift yang miring saat berhenti.
5. Ketimpangan Fasilitas Antar Gedung: Elitis dan Diskriminatif?
Satu lagi kontroversi yang mulai ramai dibahas di era modern adalah aksesibilitas dan kemewahan yang tidak merata. Di beberapa gedung perkantoran elit di New York dan Chicago, penyewa kelas atas mendapat akses ke lift privat, lounge dengan furnitur premium, bahkan toilet khusus VIP.
Sementara itu, penyewa kecil dan pekerja logistik atau kebersihan hanya memiliki akses ke lift barang dan ruang istirahat dengan perabotan seadanya.
Fenomena ini memicu kritik karena menciptakan lingkungan kerja yang tidak inklusif dan memperbesar kesenjangan kelas sosial di tempat kerja.
Kesimpulan: Mewah Tak Selalu Ideal
BACA JUGA: Software Desain Grafis yang Paling Sering Digunakan Para Profesional
Furnitur kantor dan sistem lift memang terlihat sebagai elemen pelengkap dalam gedung pencakar langit. Namun, jika tidak dirancang dan dipilih dengan bijak, mereka bisa menjadi sumber masalah yang serius—baik dari segi keselamatan, etika, hingga keberlanjutan lingkungan.
Amerika Serikat, sebagai pusat arsitektur modern dan teknologi perkantoran, harus mulai menyeimbangkan antara inovasi dan tanggung jawab sosial. Gedung tidak hanya dinilai dari desain luarnya, tetapi juga dari integritas, kenyamanan, keamanan, dan keadilan fasilitas di dalamnya.Sebagai pengguna atau pengunjung gedung, penting bagi kita untuk lebih kritis dan peduli terhadap apa yang ada di balik dinding kaca tinggi dan lift canggih: apakah itu benar-benar melayani manusia, atau hanya sekadar simbol prestise yang kosong makna?